Sabtu, 17 Januari 2009
Under The Tree-Synopsis
Setelah kolaborasi sukses dengan maestro Jawa dalam Opera Jawa, Garin Nugroho mencoba sesuatu yang lebih menantang dalam, Under The Tree, Produksi Karya SET dan PT Credo Cine Art yang mendapat 9 nominasi di Festival Film Indonesia 2008.
SYNOPSIS
Kisah tiga wanita di Pulau Bali menghadapi persoalan kematian, kelahiran, Ibu dan arti cinta. Sebuah perjalanan di Bali yang dipenuhi magis realis.
Maharani (27 tahun) pergi ke Bali setelah mengetahui bahwa dirinya adalah anak angkat dan ibunya berasal dari Bali. Di tengah Kebencian kepada Ibunya. Ia justru bertemu dengan berbagai peristiwa tentang anak dan Ibu. Ia harus tinggal di tengah kehidupan desa penari, yang sedang akan mementaskan kisah ibu yang melahirkan beragam tokoh dalam Mahabrata. Di tengah situasi itu, ia juga justru bertemu dengan praktek penjualan bayi. Maharani yang mempertanyakan tentang Ibu bertemu dengan kenyataan komples dunia Ibu dan kehidupan anak.
Sementar itu, Nian (20 tahun) yang lahir dari keluarga kaya, dan merasa tak punya arti, justru bertemu dengan laki-laki tua (60 tahun) yang sudah dianggap mati. Laki-laki tua ini bekerja sebagai pelukis telur, yang tiap hari memungut bunga kamboja dan membantu menjalankan upacara di kampungnya. Ternyata laki-laki tua ini baru saja pulang dari Bali, setelah tahun 1965 dituduh komunis, dan terpaksa lari dari Bali. Sepulang ke Bali, ternyata ia baru sadar bahwa ia sudah diupacarakan kematian lewat upacara pembakaran.
Dewi (40 tahun) adalah penyiar radio di Bali. Ia sedang hamil dan ternyata Dokter menyatakan, bahwa bayinya menderita penyakit, yang menjadikan otaknya mengecil, dan hanya akan mampu hidup sebentar setelah kelahirannya. Dewi menghadapi konflik diri tentang aborsi, kelahiran, makna ibu dan dunia reinkarnasi.
MAESTRO PENARI BALI
"Lima maestro penari Bali berpentas dalam film ini. Sesuatu yang belum pernah terjadi. Pada puncak pertunjukan sejumlah penari kemasukan Roh"
Lima MAESTRO penari Bali bermain dalam film ini, dari
- Man Ceni (90 tahun)
- Bulan Trisna Djelantik
- Mukelen
- Arini
- I Ketut Rina
Man cenik dengan legong pengintian, Rina dengan Cak, Bulan Trisna Djelantik, Mukelen terkenal sebagai guru legong yang mampu menjadikan murid-muridnya di tahun 50-an menembus Broadway, sementara Arini kini terkenal sebagai guru tari.
Di ajang FFI 2008, Sembilan nominasi untuk fim ini adalah untuk penyutradaraan (Garin Nugroho), tata Sinematografi (Yadi Sugandi), tata Artistik (Andhy Pulung), tata Suara (Adityawan Susanto), tata music (Kadek Suardana), pemeran utama wanita (Ayu Laksmi), pemeran pendukung wanita (Aryani Kriegenburg Williems) dan untuk film secara utuh
Siti Nurhaliza - Ketika Cinta (OST. Perempuan Berkalung Sorban)
Minggu, 11 Januari 2009
Meyer's Vampire in Twilight...^___^
- Tidak takut maupun bisa terluka oleh bawang, benda-benda suci, maupun pasak kayu
- Mempunyai bayangan refleksi di cermin
- Meski menghisap darah, mereka tidak mempunyai taring yang tajam
- Tahan terhadap sengatan sinar matahari dan bisa keluar di siang hari, bahkan kulit mereka terlihat "menyala" jika terkena sengatan sinar matahari langsung
- Mampu makan makanan manusia, meski tubuh mereka tidak bisa mencernanya dan membuat mereka harus memuntahkannya kembali
- Mereka tidak perlu bernafas
- Mempunyai pesona fisik yang tinggi, yang membuat mereka bisa menggoda calon korbannya
- Warna bola mata mereka ditentukan oleh darah yang mereka mangsa. Merah permata jika memangsa darah manusia, sedangkan keemas-emasan jika mengonsumsi darah hewan
- Seluruh vampir mempunyai kekuatan fisik luar biasa yang membuat mereka sanggup mencabut pohon, mengangkat mobil, dan menghancurkan metal, maupun bergerak melebihi kecepatan pergerakan mata
- Tidak bisa tidur, jadi mereka bangun terus siang hingga malam
- Memiliki pendengaran dan penglihatan yang sangat tajam, hingga bisa mendengar dan melihat suatu obyek dari jarak yang sangat jauh
Benua Atlantis itu Indonesia.......^___^
Plato (427 - 347 SM) menyatakan bahwa puluhan ribu tahun lalu terjadi berbagai letusan gunung berapi secara serentak, menimbulkan gempa, pencairan es, dan banjir. Peristiwa itu mengakibatkan sebagian permukaan bumi tenggelam. Bagian itulah yang disebutnya benua yang hilang atau Atlantis.
Penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Aryso Santos, menegaskan bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun, ia menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost Civilization (2005). Santos menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.Konteks Indonesia
Bukan kebetulan ketika Indonesia pada tahun 1958, atas gagasan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja melalui UU no. 4 Perpu tahun 1960, mencetuskan Deklarasi Djoeanda. Isinya menyatakan bahwa negara Indonesia dengan perairan pedalamannya merupakan kesatuan wilayah nusantara. Fakta itu kemudian diakui oleh Konvensi Hukum Laut Internasional 1982. Merujuk penelitian Santos, pada masa puluhan ribu tahun yang lalu wilayah negara Indonesia merupakan suatu benua yang menyatu. Tidak terpecah-pecah dalam puluhan ribu pulau seperti halnya sekarang.
Santos menetapkan bahwa pada masa lalu itu Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Teori Plato menerangkan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene). Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.
Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit Atala, yang berarti surga atau menara peninjauan (watch tower), Atalaia (Potugis), Atalaya (Spanyol). Plato menegaskan bahwa wilayah Atlantis pada saat itu merupakan pusat dari peradaban dunia dalam bentuk budaya, kekayaan alam, ilmu/teknologi, dan lain-lainnya. Plato menetapkan bahwa letak Atlantis itu di Samudera Atlantik sekarang. Pada masanya, ia bersikukuh bahwa bumi ini datar dan dikelilingi oleh satu samudera (ocean) secara menyeluruh.
Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events.
Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, “Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.”
Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat. Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali.
Ketiga, soal semburan lumpur akibat letusan gunung berapi yang abunya tercampur air laut menjadi lumpur. Endapan lumpur di laut ini kemudian meresap ke dalam tanah di daratan. Lumpur panas ini tercampur dengan gas-gas alam yang merupakan impossible barrier of mud (hambatan lumpur yang tidak bisa dilalui), atau in navigable (tidak dapat dilalui), tidak bisa ditembus atau dimasuki. Dalam kasus di Sidoarjo, pernah dilakukan remote sensing, penginderaan jauh, yang menunjukkan adanya sistim kanalisasi di wilayah tersebut. Ada kemungkinan kanalisasi itu bekas penyaluran semburan lumpur panas dari masa yang lampau.
Bahwa Indonesia adalah wilayah yang dianggap sebagai ahli waris Atlantis, tentu harus membuat kita bersyukur. Membuat kita tidak rendah diri di dalam pergaulan internasional, sebab Atlantis pada masanya ialah pusat peradaban dunia. Namun sebagai wilayah yang rawan bencana, sebagaimana telah dialami oleh Atlantis itu, sudah saatnya kita belajar dari sejarah dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir untuk dapat mengatasinya.