Kini tampaknya film yang bermodalkan sensual mendominasi film-film indonesia. Film yang bermodalkan sensual di Indonesia kebanyakan adalah film-film yang bergenre komedi dan horor. Film yang mengumbar banyak adegan syur dan adegan ciuman yang cukup vulgar dan seronok ini sedang mendapat sorotan yang tajam dari masyarakat karena dianggap bernuansa pornografi. Walaupun sudah ada rating jelas untuk 17 tahun ke atas, namun tetap saja dengan banyaknya adegan yang seronok maka dikhawatirkan akan memberikan dampak buruk bagi perkembangan remaja.
Namun maraknya film-film genre sensual yang mendominasi film indonesia tidak mendapat tegas dari pemerintah. Kondisi seperti ini membuat para sutradara dan produser film bebas membuat film-film semau kehendaknya dan melupakan peraturan dan norma yang ada.
Hanya segelintir kita menemukan film-film yang edukatif dan bermanfaat bagi kalangan masyarakat, seperti Denias Senandung di Atas Awan dan Nagabonar jadi dua. Malahan film-film yang berbau mistik nonrasional (maaf), "cinta monyet" di kalangan remaja yang kerap menimbulkan perselisihan, dan film yang bertemakan pornoaksi dan pornografi sering mendominasi film-film bioskop Indonesia. Di blog ini saya akan menyebutkan film-film tersebut:
- Tali Pocong Perawan
- XL (Extra Large)
- DO (Drop Out)
- My Name is Dick
- Pulau Hantu 2
- Anda Puas Saya Loyo
- "ML"
Mungkin sekarang kita mulai mempertanyakan apakah hal-hal yang berbau seks dan pornografi dapat menarik jumlah penontonnya??? Atau mungkin film-film yang bernuansa sensual hanya semata menambah banyaknya genre film-film Indonesia???
Namun kebanyakan film-film yang berbau sensual tidak memberikan kesuksesan layaknya film Ayat-ayat Cinta atau Nagabonar jadi Dua. Dan juga tidak ada film sensual yang masuk piala citra. Kalau seperti itu kenapa masih ada sutradara atau produser yang ingin membuat film seperti itu. Apakah para pembuat film-film sensual tsb sudah hilang moralnya. Memang sih, kini tiap sebulan atau dua bulan sekali pasti ada film Indonesia yang baru. TAPI, Nyatanya film-film itu jarang yang bermanfaat dan beredukasi.
Hmmm,...
Sekarang kita harus menunggu generasi muda yang akan memperbaiki film-film indonesia yang edukatif dan bermoral. Namun pertanyaannya, KAPAN kita harus menunggu???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar